sumber : ppspandawa.com
PPS PANDAWA INDONESIA
Hindarilah Perasaan Gelap Di Kala Siang dan Carilah Sinar Terang Di Kala Malam
Jumat, 26 Januari 2024
HAK CIPTA LOGO DAN TULISAN
Selasa, 15 Desember 2020
SEJARAH
PPS PANDAWA atau singkatan dari Perguruan Pencak Silat PANDAWA, yang mana arti dari PANDAWA itu sendiri adalah singkatan dari bahasa Sunda : Pamili Anu Nungtut Di Alajar Walagri Ati, Pusat berdirinya adalah kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia. PPS PANDAWA atau yang biasa disebut PANDAWA ini adalah salah satu dari budaya asli Negara Indonesia, berupa olah gerak dan pernapasan khas untuk mencapai satu tujuan dari PANDAWA itu sendiri, adalah untuk membentuk manusia yang WALAGRI ATI. Yang dimaksud dengan Manusia Walagri Ati itu adalah Manusia yang berfikir, bertindak, dan berperilaku suci.
Cikal bakal serta kehadiran “PPS PANDAWA” yang bersumber keilmuan dari Pusat Perguruan di Lengkong, Tasikmalaya, Jawa Barat, tidak lepas dari keberadaan “Paguron Abah Abad” di Lengkong jaman dulu. Bahkan jurus-jurus dasar yang diajarkan di Perguruan tersebut, yaitu : “Getret, Cimande dan Tantungan Leuleus” menjadi jurus pokok yang diajarkan dalam PPS PANDAWA sampai saat ini. Paguron tersebut dipimpin oleh Abah Abad dengan murid-muridnya waktu itu antara lain : Abah Kanta (wakil Abah Abad), Abah Salnan, Achdi Subadi, Lili, Wachdi, Aceng, Udin, Oo Taryo, Endo, Uwar Suwarna, Djayo, Sukirman, Komir, Nyunyu, Andi, Doyo, Wachyan, dan lain-lain.
Tahun 1935 telah muncul gagasan untuk memberi nama perguruan tersebut “PPS PANDAWA” yang bertopang pada 5 (lima) kader perguruan waktu itu, yang diprakarsai oleh : Abah Salnan, Achdi Subadi, Kanta, Aceng dan Udin. Pada perkembangan berikutnya, masih tahun 1935, untuk menghindari kultus individu, maka orientasi nama PANDAWA bukan kepada 5 orang tokoh sesepuh / kader waktu itu, tapi lebih diarahkan kepada pembinaan / pembentukan manusia yang berhati bersih, sehat jasmani dan rohani, sehingga nama PANDAWA diartikan sebagai singkatan dari “Pamili Anu Nungtut Dialajar Walagri Ati”. Hal tersebut diprakarsai oleh Abah Salnan, Achdi Subadi, Uwar Suwarna, Oo Taryo dan Endo.
Tahun 1975 Abah Abad, Abah Kanta, Udin dan Enceng pindah dari Lengkong, maka secara penuh perguruan dipercayakan kepada Abah Salnan, Achdi Subadi, Oo Taryo, Uwar Suwarna dan Endo untuk diterus kembangkan sampai sekarang.
Pada Minggu, 18 Mei 2003 Pusat Kepengurusan PPS PANDAWA telah dipindahkan dari Lengkong, Tasikmalaya, Jawa Barat ke Sidoarjo Jawa Timur, dan ketua umum saat itu dijabat oleh Bp. Drs. H. Achmad Sholeh, MM.
Pada Jumat, 03 Pebruari 2012 diadakan serah terima kepengurusan pusat, yang kemudian ketua umum dijabat oleh Bp. H. Hadi Soewito, S.E
sumber :
Selasa, 30 September 2014
SUMPAH/JANJI PENDEKAR PENCAK SILAT PANDAWA
- Berdisiplin, patuh, taat dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, Negara, Guru dan terhadap orang tua.
- Turut serta menegakkan kebenaran dan keadilan, membela yang lemah, menjauhi dan menumpas kebatilan, sesuai dengan jiwa pancasila.
- Berlaku jujur, sopan santun, sabar dan tawakal, menjauhi sifat-sifat angkuh, sombong dan sewenang-wenang.
- Menjadi penganut agama (masing-masing) yang taat, menjadi saudara baik dengan anggota PANDAWA ataupun dengan sesama lainnya tanpa membeda-bedakan agama yang dianutnya.
- Dengan nama Tuhan Yang Maha Esa, sumpah/janji ini akan kami penuhi dengan penuh tanggung jawab.
- Nama Pandawa : diciptakan oleh lima orang sesepuh. Artinya P. Pamili, A. Anu, N. Nungtut, D. Di, A. Alajar, W. Walagri, A. Ati. Terjemahan dalam bahasa Indonesia, keluarga besar yang menuntut ilmu untuk mencapai walagri ati. Walagri ati (jasmani yang sehat, pikiran yang bersih, hati yang suci)
- Bintang : Ketuhanan Yang Maha Esa
- Trisula : Suci dalam pikiran, suci dalam perkataan, suci dalam perbuatan
- Dasar warna kuning : lambang kekuatan jasmani dan rohani
- Warna merah (api) : lambang keberanian membela keadilan/kebenaran
- Warna biru : lambang kegembiraan/ketenangan
- Warna hitam : lambang keabadian
- Lingkaran : lambang ikatan persaudaraan
- Kujang : lambang budaya daerah jawa barat
- Berbentuk segi lima : berazaskan Pancasila